Rabu, 05 April 2017

Pra Pertemuan

Sering kubaca tulisan yang intinya berpesan agar kita bersiap akan perpisahan setiap kita menuai pertemuan. Entah itu pertemuan yang berkesan atau sebaliknya.



Ketika lulus SMA dulu, aku tahu akan 'kehilangan' sebagian besar dari mereka yang aku sayang. Mereka akan pergi, menuju jalan yang mereka ingin tempuh. Jalan yang berbeda dengan jalan yang aku pilih. Aku terus meyakinkan diri bahwa meski berbeda jalan, kami selalu satu tujuan. Semoga selalu seperti itu. Meskipun awal pertemuan kami bukan hal yang kami sengajakan, tetapi juga tentu bukan kebetulan. It's Allah's plan. Pada awalnya kami memang bukan bertemu karena Allah. Tetapi dalam perjalanannya, seiring bergulirnya waktu, kebersamaan yang terus terjalin diiringi dengan asupan nutrisi jiwa yang menyegarkan, kami tersadarkan oleh satu kenyataan tentang hakikat adanya kami dan segala yang ada di sekeliling kami. Sampai semuanya mulai terasa jelas. Sampai perlahan rasa itu tumbuh dalam hati kami. Dan aku ingat, saat itu aku tahu bahwa aku harus siap 'kehilangan' mereka suatu saat nanti.

Dan saat itu telah tiba. Kami melangkah perlahan meninggalkan tempat dimana lebih dari dua tahun kami berpijak, bersama. Menuju jalan kami masing-masing. Raga yang jauh memang tak menghalangi kami untuk saling menyayangi. Tetapi bagaimanapun, aku merasa perlu 'pengganti' sosok mereka. Bukan di hati, hanya di sisi. Sosok yang akan menggantikan mereka di sisiku, dan menempati ruang baru dalam hatiku. Karena Nabi SAW berpesan untuk senantiasa bersama mereka yang akan mengingatkanmu tentang-Nya. Someone who will mention you in front of Allah in your absence and mention Allah in front of you in your presence.

Sebelumnya, aku berpikir akan kuat sendiri. Tapi.. makin kesini aku semakin merasakan sepi. Memang sesekali kami yang tersisa di kota ini berkumpul, berbagi cerita tentang pijakan baru yang kami tempati. Tetapi itu takkan cukup untuk mengusir sepi ketika kami berpisah lagi, dan lagi, makin kesini aku semakin merasa perlu tempat dimana aku bisa lebih menjaga diri dan semua yang ada dalam diriku. Motivasi, waktu, dan hal lainnya yang mulai luntur dan tak lagi efisien kulakukan.

Aku menimbang, berpikir berulang-ulang, siapa yang bisa aku jadikan "teman". Aku memikirkan ini, memikirkan itu, tetapi selalu ada alasan bagiku untuk tidak membersamai mereka. Sampai ketika aku berada pada titik dimana aku benar-benar merasakan sepi yang benar-benar sepi. Kosong yang rasanya semakin kosong.
Ada satu perkumpulan yang menarik perhatianku. Bukan karena kegiatannya, karena jujur saja aku tidak tahu tentang kegiatan mereka. Apalagi orang-orang yang ada di dalamnya. Aku hanya mengenal tiga orang dari mereka, dua orang temanku di perkuliahan formal dan satu orang temanku di perkuliahan informal.
Hal yang paling jelas kurasakan yang membuatku tertarik dengan perkumpulan ini adalah basic mereka yang sama dengan yang keluargaku anut.

Sejak aku memutuskan untuk merubah gaya hidup menuju bagaimana seharusnya aku dan sepertinya mereka merasa itu perubahan yang signifikan, mereka mulai berasumsi ini-itu tentangku. Maka aku pikir, jika aku bergabung di perkumpulan ini, maka pasti akan atau setidaknya sedikit "menenangkan" mereka. Aku hanya menjalankan apa yang telah disampaikan dan aku yakini sebagai kebenaran. Memang sangat banyak perbedaan tentang hal-hal yang bersifat furu', tetapi tidak semua orang paham ini, karenanya aku tidak memaksakan agar semua orang mengerti.

Singkat kata, aku iseng menanyakan tentang perkumpulan ini kepada salah satu temanku di perkuliahan formal. Iseng, karena memang saat itu tidak ada motivasi yang terlalu kuat untuk bergabung. Ketertarikanku akan perkumpulan ini tidak terlalu kuat saat itu. Sampai.. tepat satu minggu yang lalu, Rabu, 29 Maret 2017, aku bertemu dengan kawanku itu di sekitar masjid kampus. Dia menawarkan agar aku ikut pelatihan dasar untuk masuk perkumpulan itu besok sorenya, yang kuperkirakan dia juga iseng saat itu. Aku menolak dengan halus, merasa belum siap mengampu lebih banyak "pekerjaan", aku bilang padanya aku akan ikut pelatihan dasar di bulan September nanti, ketika penyelenggaranya komisariat kampus kami. Dan kami pun berlalu.

Malam harinya, dia mengirimiku pesan, kembali mengajak untuk mengikuti pelatihan dasar besok sorenya. Itu adalah pelatihan yang diselenggarakan komisariat kampus lain. Aku tertarik, tetapi aku merasa bukan tipikal orang yang sosial. Tak ada yang kukenal di sana, bisakah aku menjalaninya dengan baik? Pikirku.
Tetapi motivasi lain yang sempat ada dalam diriku, yakni mencari teman dan relasi sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya, mendorongku untuk mengatakan "iya". Ketika aku masih SMP, aku pernah mengikuti komunitas dan di sana seniorku berpesan

Teruslah berorganisasi karena dari sana kamu akan belajar tentang banyak hal yang takkan kamu temukan di dalam kelas.

Kata-kata beliau ini teru tenrngiang di kepalaku. Selepas SMA, aku agak pasif dalam kegiatan keorganisasian. Maka aku pikir, mungkin sudah saatnya aku bergerak. Melakukan sesuatu yang tidak hanya kulakukan sendiri. Sesuatu yang dilakukan bersama dan terorginir. Berorganisasi.

Maka, tepat satu minggu yang lalu, Allah pertemukan lagi aku dengan keluarga baru. Ehm, sebenarnya mereka saudaraku sejak lama, hanya saja kami baru diizinkan-Nya bersua dalam satu bingkai pertemuan, yang sebelumnya tidak terbayangkan olehku.
Pertemuan yang mengesankan, dan pelatihan dasar itu, yang kata panitianya dikhawatirkan akan gagal, justru sangat berkesan bagiku :)

Alhamdulillah.


Sumber gambar: diajengdian.wordpress.com
Share: