Selasa, 31 Mei 2016

Dialog Asyik!


·           Aku telah menemukannya, jawaban atas setiap tanyaku yang rupanya pernah kutuliskan dulu. Aku menemukannya dalam kumpulan dokumen lama. Kutipan-kutipan bertemakan cinta penuh kegalauan tiada tara. Tulisan-tulisan yang disalin anak SMP yang nampaknya baru mengenal “rasa”. Memalukan sekali :’D
·         Aku yang nyalin kutipan-kutipan itu, dulu, sekitar tiga tahun yang lalu. Sumbernya pun aku udah lupa, so, maaf ya yang mungkin ada tulisannya di sini tapi namanya gak disebutkan. Sama sekali gak ada maksud melanggar hak cipta. Hanya saja aku benar-benar gak tau beberapa kutipan yang ada ini milik siapa :’D
·         Well, akan ada dialog asyik (àopini) antara aku yang dulu dan aku yang sekarang. Karena aku yang dulu bukanlah yang sekarang. Dulu ditendang sekarang ku disayang. Yeah!
Cekidot..

·      Benarkah aku mampu sendiri (tanpanya?). tiba-tiba aku desergap pertanyaan yang selama ini selalu ku bunuh. 
    Bisa kok. Kan, bisa kan? Udah tiga tahun lebih kan “sendiri”? Pertanyaan yang saat itu selalu kamu bunuh memang pantas dibunuh. Gak guna dia.

·        Aku tau dia menyukaimu. Dan aku yakin, kamu pasti menyambut. Kalau tidak, bagaimana mungkin terjadi suara jika bertepuk sebelah tangan?
Wah iya, aku ingat ini. Ini yang waktu doi ngajak kamu balikan itu kan? Trus dia pernah nangis karena ada masalah di antara kalian kan? Tangisan dia yang bikin kamu luluh dan merasa berharga? Tapi dalam hitungan minggu atau bulan kemudian, aku sudah lupa berapa lama kemudian tepatnya, dia “berubah”? Mulai jarang ngehubungin kamu dan suatu hari kamu dapati di akun FB nya dia update status bahwa dia barusan “jalan” sama cewek itu. Haha! Iya kan, yang itu kan? Bhahaha! Lucu sekali sekaligus sangat memprihatinkan serta menyedihkan, mengingat kamu pernah menggalau karena pria yang sikapnya begitu waktu itu.

·       Sesuatu yang sulit ketika aku harus berpura-pura tersenyum, hanya karena tak ingin dia tau, dia adalah alasan aku bersedih
Wah, kali ini kutipannya bagus. Aku masih sering terapkan—tapi tentunya bukan berkiblat pada tulisan ini a.k.a. bukan tulisan ini yang mendorongku melakukannya—beberapa lama ini. Cuman.. kayaknya peruntukannya beda, ya? :3
Iya, kan? Ini waktu kamu menyembunyikan sesuatu tentang kelakuannya yang bikin kamu “sakit” padahal harusnya dia peka tapi dia gak peka atau pura-pura gak peka, kan? Phew. Cabal eah. Sudah berlalu, kok. Dan udah bisa ngambil value nya kan dari sana? U need to be honest about everything whose hurts u whereas u’re properely being sheltered, especially when u were being “terzolimi” wkakak. #ripenglish
Tentang yang aku masih sering terapkan dari quote ini, ketika aku sedih dengan sesuatu yang ada pada seseorang, tetapi belum saatnya bagiku mengutarakannya. Aku akan tersenyum, dengan harapan, seulas senyum itu akan membuatnya lebih nyaman bersamaku hingga suatu saat yang tepat aku bisa lebih leluasa menyampaikan kesedihanku.

·        Jangan pernah kehilangan dirimu sendiri hanya tuk bertahan pada seseorang yang bahkan tidak peduli jika dia kehilanganmu.
Pinter!

·  Jangan membalas mereka yang membencimu. Tersenyum dan berbahagialah di depan mereka (karena) tak ada yang lebih menyakiti mereka daripada itu.
Sekilas bagus. Tapi maknanya gak bijak. Karena nampaknya kamu tetap bermaksud “membalasnya” bahkan dengan sesuatu yang lebih menyakitkan. Begitukah? Kalau iya, maka sungguh.... sayang sekali.
Kalau ada yang nggak suka/benci, yowes. Berarti kamu masih manusia. Bahkan makhluk yang suci macam malaikat pun ada yang pernah membenci/memusuhi. Jadikan bahan introspeksi waewes. Jabat tangannya, bilang makasih! Dia udah bantu kamu nyari tau tentang apa yang mungkin kurang dari kamu.
Jangan membalas mereka yang membencimu. Tersenyum dan berbahagialah dengan tulus. Dibenci oleh satu dua orang itu manusiawi.

·      Sesuatu yang sangat sulit untuk melupakan seseorang yang telah memberimu begitu banyak hal untuk diingat.
Benar sekali. Makanya jangan berusaha melupakan. Semakin berusaha melupakan, semakin dia melekat. Kamu bisa “menghilangkannya” dengan cara membencinya. Tapi ini tidak dianjurkan, dia akan meninggalkan bekas yang tidak menyenangkan.
Belajar menerimalah saja. Dengan menerima, perlahan kamu akan lupa. Bagian dari takdir. Terima saja. Biarkan dia pergi. Dan kamu, mulai hari baru. kamu akan menyambut masa depan! Kamu bisa menggantungkan lebih banyak harapan. Jangan banyak meratapi masa lalu. Tidak ada harapan yang bisa kau titipkan di sana.
—dan mengapakah saya tiba-tiba merasa sedang bersama Hilbram Dunar di samping saya

·        Kita tidak bisa memilih dari mana kita berasal. Kita hanya mampu menentukan bagaimana akhirnya kita kelak. #eaa
Pinter!

·      Kamu yang membuat hidupku jadi lebih berwarna. Maka, di saat kamu harus pergi nanti, aku harus siap menjalani hidupku yang seperti semula, hidupku yang biasa. Sepi, sendiri, melelahkan dan membosankan. Hitam putih dan hampa.
Ah, lebay. Buktinya sekarang dan beberapa tahun belakangan hidupmu justru lebih berwarna, kan? Galau berlebih memang terbilang canggih untuk merangkai kata. Tetapi kadang benar-benar berlebihan dan malmakna—luput, lebay, dan kawan-kawannya.

·      Sesuatu yang akan sangat membahagiakan, ketika ‘aku dan kamu’ berubah menjadi ‘KITA’ lagi
Etttsah. Sekarang sama sekali nggak mikir begitu nehhh. hayoloh. Ini ditulis ketika aku berada pada sikap labilisme remaja yang keberadaannya memang sudah sangat biasa.  Sekarang udah iuh kalau membaca quote ini. Hm. Gak perlu jawaban ini ya. #ripistilahK

·     Kamu tau aku membencimu? Ya, aku sangat membencimu! Apa kamu tau aku ingin kamu pergi? Ya, pergilah! Aku tak ingin kamu ada disini.
Dan apakah kamu tau? Aku sedang berdusta? Oh, tentu tidak, karena kamu terlalu bahagia saat mengetahui dua ilusi sebelumnya!
“Bakso bulat seperti bola pimpong. Kalau lewat membikin perut kosong. Jadi anak janganlah suka bohong. Kalau bohong digigit anjing ompong.”

·      Luka ini terlalu manis bagiku. Aku tak mau luka ini cepat berlalu. Karena lebih baik aku kesakitan, daripada ku terima kesembuhan yang menyakitkan.
Sepertinya keliru....
Jadi ceritanya kamu sangat mencintai sepeda. Suatu hari ketika kamu naik sepeda, kamu jatuh. Ini yang pertamakalinya kamu jatuh dari sepeda, pengalaman yang indah karena kamu jatuhnya di depan rumah doi(?) Lutut kamu luka, terkoyak kulitnya, berdarah. Kamu akan membiarkan ia terus begitu dan “menikmati” rasa sakitnya, atau kamu merelakan diri merasakan yang lebih perih karena diobati tetapi beberapa waktu kemudian kamu akan sembuh?

·   Aku hanya pecundang malang yang jatuh cinta pada orang yang salah. Dan pada saat yang sama dicintai oleh orang yang salah pula.
Makanya nanti aja cinta-cintaan. Cucian kamu masih banyak. Masakan yang kamu bisa buat belum seberapa. Kamar mandi kamu belum disikat. Cucian keringmu belum dilipat. Nanti kalau kamu menikah, cucian kamu akan jauh lebih banyak daripada itu, udah siap? Nanti, kalau suami pulang kerja dan lapar, kamu mau masak apa? Nasi goreng melulu? Sayurnya cah kangkung? Lauknya ayam masak bistik: menu yang aneh super. Trus.. Itu, catatan kamu di note hape kamu belum disalin ke buku. Sepeda motor belum kamu cuci.
Masih banyak hal yang lebih penting yang kamu belum selesaikan. Bicara cinta di masa-masa seperti ini itu waste time. Berbunga-bunga di awal, ujung-ujungnya mewek. Galau. Buang-buang waktu ngestalk profile socmed miliknya. Halah. Banyak hal yang kamu bisa lakukan daripada sekedar mikirkan cinta-cinta monyet itu.

·    Aku akan melepas semuanya, semua rasa cinta, sayang, dan rasa ingin memiliki ini. Aku lelah menunggu kepastian darimu. Jika kamu tak ingin mengakhiri ini, biarkan aku yang mengakhirinya!
Makanya. Ga usah cinta-cintaan dulu. Kamu belum benar-benar siap.

·       Saat aku mendekat, kamu menjauh.  Tapi kenapa di saat ku coba menjauh, kau seolah mendekat dan memberiku berjuta harapan. Sungguh, aku ingin lepas dari semua kebimbangan ini. Beri aku kepastian!
Tinggalin. Kalau dia serius sama kamu, dia akan konsisten berjuang buat dapatin kamu. Bukan bolak-balik gak jelas kaya gitu.

·     Untuk apa aku terus menyayangi dan mencintaimu kalau caranya seperti ini? Sekarang kau sudah terlalu melukai hatiku, kau terlalu menyakitiku. Ku ingin melupakanmu! Bagaimanapun caranya, kapanpun waktunya, yang pasti secepatmya!
Kasian sekali, ya. Alhamdulillah sekarang udah nggak begini.

·       Perih yang ku rasa takkan bisa kau mengerti. Hati yang mencinta takkan bisa kau pahami. Luka yang ku derita takkan bisa kau obati. Rasa ingin ku tuk’ pergi takkan bisa kau halangi!
Ini juga kasian, ya. Ternyata gue dulu lebay!

·       Jangan membuat ini jadi lebih susah! Ini sudah cukup susah buatku!
Makanya, jangan main api kalau gak punya air yang cukup buat memadamkan. Kan kewalahan, pas apinya gede.

·    Kenapa aku baru menyadari, kalau ternyata dia sangat berarti. Justru di saat dia memilih untuk pergi
Masih? Masih berarti kah dia? Nggak.. haha
Lagi-lagi ini kesimpulan sesaat.

·     Setiap orang punya jodohnya masing-masing. Suatu hari yang tepat, kamu akan bertemu dengan jodohmu. Ia akan dapat membahagiakanmu lebih dari yang aku bisa lakukan J
Benar. Dan akan lebih baik lagi kalau kamu nggak pernah memberikan kenangan kepada jodoh orang. Biarkan dia menemukan jodohnya dan fully happy bersamanya tanpa harus bersamamu sebelumnya.

·        Kamu tak pernah tau betapa tersiksanya aku dengan perasaan ini. Rasa harus memendam rindu ingin bertemu. Aku ingin di setiap waktuku selalu denganmu. Kamu gak bakalan pernah ngerti, seberapa sesaknya hati ini karena tumpukan rindu yang tak pernah bisa terungkapkan. Sifatmu yang acuh buatku diam
Salahsatu kebodohan yang pernah kulakukan. Pernah bertahan pada dia yang bahkan nggak peka udah nyakiti. Acuh. Syukurnya sekarang udah pinter. Bhaha!

·   Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika aku bertemu seseorang yang sangat beerarti bagiku, hanya untuk menemukan luka. Dan pada akhirnya aku harus merelakan ia pergi L
Konteksnya cinta-cinta monyet lagi, ya? Fyuuhh. Pada hakikatnya, setiap pertemuan memang pasti ujungnya perpisahan. Entah sementara atau selamanya. Be prepared. Kamu harus siap kehilangan apapun karena semuanya ini bukan punya kamu sepenuhnya, hanya titipan.

·        Bagaimanapun, dan sebagai apapun kita saat ini. Aku pernah sangat mencintaimu.
Aku klarifikasi, ya. Bukan cinta. Tapi gila. Secara aplikasi mereka beda tipis. Dan saat itu yang aku lakukan bukan mencintai, tapi menggilai. Nggak pakai otak, hanya pakai nafsu, logika nggak digunakan, sekedar baper.

·   Semalam aku bermimpi, bahwa seseorang mencintaiku. Tiada harapan, tiada ancaman. Lagi-lagi hanya angan angan L
Mungkin kamu lupa. Ada yang selalu mencintaimu bahkan sebelum kamu mengenal apa itu cinta.
Ayah dan mama.
Abang dan kaka.
Seluruh keluarga.

·     Kamu telah berubah. Aku tidak lagi mengenalimu. Kamu berubah menjadi seseorang yang bukan dirimu
Coba kamu cek pergelangan tangannya. Mungkin disana ada gelang mirip jam tangan yang ada lampunya. Kalau ada, itu milik ultramen, lepaskan, dia pasti telah mencurinya. Pantas saja sekarang tak pernah lagi ku lihat ultramen di ind0si4r.

·        Mereka begitu dekat, namun juga sangat jauh dari kehidupan yang kujalani sekarang. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele) 
     Be patient. Karena sebenarnya kita hidup memang sendirian.

·      Aku tidak ingin punya teman lagi. Supaya aku tak harus kecewa kehilangan teman. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele)
Kamu perlu memahami lagi hakikat pertemuan. Ketika bertemu, kamu juga harus siap kehilangan. Pertemuan dan perpisahan itu sepaket.

·      Aku berharap orang-orang itu menyakitiku, dan aku ingin mereka melakukannya sekejam mungkin. Aku sudah bosan merasakan begitu banyak luka batin. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele)
Hahaha. Aku ingat kutipan ini. Benar-benar mengingatnya karena ketika kutipan ini ku jadikan status, pelatih silatku mengomentari dan menyatakan kesanggupannya untuk memenuhi harapanku; menyakitiku sekejam mungkin. Aku mengecil seketika. Ciut :’’’D

·        Tak ada orang yang dapat ku ajak bicara. Tak ada seorang pun yang mau membantuku mengatasi siksaan batinku. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele)
Ada. Allah. Dia selalu standby. Kamu yang enggan mendatangi-Nya.

·    Ada kesenangan sendiri menjadi gila. Yang tidak dapat dirasakan orang lain kecuali orang gila. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele)
Wah, ternyata dulu kamu mengutip ini, Num? Kamu pernah gila? :/

·        Aku menjatuhkan beberapa cangkir kopi, dan ketika aku mengangkat pecahan-pecahan itu, aku merasa seakan akan menggenggam kehidupanku yang berantakan di tanganku. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele)
Kamu masih bisa menyatukannya kembali. Aku tahu bentuknya takkan lagi sempurna. Tetapi akan lebih baik daripada dibiarkan berserakan dan melukai oranglain. Gunakan lem alteco, it works!

·      Di dunia nyata ada dua jenis perasaan, yaitu perasaan yang ada dihatimu yang harus kamu hadapi dengan jujur dan kamu atasi. Dan perasaan yang ada di kepalamu, yang harus kamu rasionalkan dan kamu benarkan meskipun tidak memuaskan. —Mereka Bilang Aku Gila (KennySteele)
Setuju.

·    Sekarang tidak ada lagi tempat untuk cinta. Cinta hanya akan membuatku lemah!
 Yakin?

·    Dingin sekali malam ini,, tetapi lebih dingin dalam hatiku sejak cintamu tlah berlalu
Masih dingin? Sebentar lagi kemarau.

·        Sesuatu yang menyakitkan ketika kamu tidak bisa mencintai orang lain, hanya karena hatimu masih dimiliki oleh dia yang melukaimu.
Kebodohan lainnya yang ku lakukan. Tidak segera move on dari dia yang telah melukai.

·    Aku tepat disini untukmu. Aku akan terus menunggumu sampai jantungku berhenti berdetak. Bahkan mungkin sesudahnya. —Twilight
Masih menunggunya? Nggak, tuh.

·        Kau berikan aku segalanya hanya dengan bernafas. —Twilight
Bohong kok nggak kira-kira. Nampak sekali bohongnya. Gombal yang nggak bermutu.

·    Itu masa lalumu. Seharusnya kamu tidak membawa aku kesana. Kalau kamu belum bisa melupakan dia, berarti kamu belum bisa mencintai orang lain selain dia. 
    Mungkin dia ingin mengambil pelajaran dari masa lalunya, bukan berarti dia tidak mencintaimu. Husnuzhon saja.
 
·       Makasih kamu udah ngasih aku cinta walau cuma sesaat
-_- no comment aja ya.

·        Aku memang mencintaimu, tapi bukan hak ku untuk memiliki
Pandai!

·      Tanpa kamu aku merasa seperti debu di padang pasir yang sering dipermainkan angin. Terbang, tapi tanpa arah...Ayah,Mama
:’)

Share: