Pertamakalinya!
Yap, ini pertama kalinya gue nulis tentang review atau sharing yang beginian di sini. Sebenarnya gue mau nulis yang macam begini udah sejak sekian bulan yang lalu. Cuma nggak kunjung kesampaian. *oke, nggak ada yang nanya*
Well, ada beberapa event yang isinya gue mau tulis. Tapi untuk kali yang pertama ini gue ceritain tentang salah satu event yang masih seger di kepala gue dulu aja kali ya. Sesuai dengan judul yang gue kasih buat tulisan ini, InvesTalk with MAMI.
Ya? Maminya siapa? Bukan, bukan mami yang itu. MAMI di sini merupakan akronim dari Manulife Aset Manajemen Indonesia, hehe. Kenapa dinamakan MAMI? Ya karena memang PT. Manulife Aset Manajemen yang mengelola Reksa Dana Manulife disingkatnya begitu, haha. Kata Mas Ganessa kemarin sih salah satu alasannya juga biar gampang diingat. Bener juga. Siapa sih yang nggak ingat sama mami? *krikrik*
Acara kemarin dibuka dengan hiburan stand up comedy by Paris Fatiah. Sambil dengerin Paris Fatiah ngoceh dan sesekali ketawa, kami juga ngetweet dengan hashtag #klikMAMI dan #SekarangAja. Tadinya gue nggak minat ikutan ngetweet. Tapi panitianya pinter. Mereka menyediakan hadiah buat tweeps terbaik. Aih, hadiah bruh! Gue mah suka ngiler kalo denger kata indah yakni “hadiah” itu. Sayang, gue belum beruntung soal tweet.
Kenapa hashtagnya #klikMAMI? Soalnya manajemen manulife sekarang sudah menerbitkan invetasi full online yang platform nya dinamakan klikMAMI. Jadi masyarakat kalau mau investasi nggak usah capek pergi ke kota ini atau kota itu. Cuma dengan ujung jari udah bisa investasi. Wih, ajib yah.
Bicara Manulife, apa yang pertama kali ada di kepala kalian guys? Asuransi? Sama! Asli gue kira speaker di acara ini bakal ngejelasin tentang asuransi. Tapi ternyata enggak. Pak Putut Andanawarih selaku speaker utama di acara ini justru menjelaskan tentang investasi. Dari Manulife, ada tiga langkah sadar yakni insyaf, irit, invest. Apa tuh maksudnya? Oke, gue coba ceritakan satu-satu ya.
INSYAF
Pas baca kata ini di slide presentasinya Pak Putut gue agak sedikit bingung. Insyaf? Sebelum investasi gue harus tobat dulu gitu? Ya, bolehlah dibilang begitu.
Pak Putut bilang, diperkirakan sepertiga hidup kita dipake buat nyari duit. Sisanya kira-kira buat apa? Yes, kalo sepertiga hidup kita dipake buat nyari duit otomatis sisanya dipake buat ngabisin duit.
Kalo konsumsi kita lebih besar daripada pendapatan itu bahaya loh guys. Makanya mulai dari sekarang ada baiknya kita sisihkan uang. Untuk kita di masa yang akan datang. Jangan terlalu larut bersenang-senang. Biar mamah sama papah sayang. Ea.
Kedepan, biaya hidup kita bakalan semakin mahal. Hati-hati nilai uang kamu digerogoti waktu. Karena faktanya, makin kesini nilai rupiah terus menurun. Gue ingat banget waktu masih SD dikasih uang jajan sama mama cuma Rp 1.000,00. Buat gue waktu itu uang segitu udah cukup buat beli lima potongan kecil pempek sama satu gelas besar minuman dingin rasa buah. Kadang dikasih Rp 3.000,00 dan itu udah bikin gue senang bukan kepalang. Dengan uang jajan yang naik tiga kali lipat gue bisa makan mie rebus sama satu gelas besar minuman dingin rasa buah plus sepuluh bungkus makanan ringan favorit gue: tic-tic dan fuji. Tahun 2003 tuh. Sekarang tahun 2016. Hanya dengan selisih 13 tahun kita udah bisa lihat sendiri gimana nilai uang benar-benar berkurang.
Mama cerita.
Ya? Mamanya siapa? Mama gue bro. Bukan Manulife Aset Manajemen Amerika atau Afrika atau Australia atau apalah itu. Bukan. Ini mama gue beneran. Waktu beliau masih anak-anak, sekitar 30 tahun yang lalu, uang Rp 1.000.000,00 itu bisa buat bangun rumah. Terima kunci. Lah sekarang? Gausah gue ngoceh lebih panjang kita pasti udah bisa mengkalkulasikan sendiri perbandingan satu juta rupiah yang dulu dengan yang sekarang.
So, guys, waktu nggak pernah berhenti barang sedetik. Produktivitas kita terus tergerus seiring dengan pertambahan usia. Seperti yang selalu kita lakukan ketika diundang ke suatu acara bergengsi, bersiap-siap ketika menujunya, seperti itu juga semestinya kita terhadap masa depan. Udah saatnya kita sadar, insyaf dan mulai mempersiapkan.
IRIT
Lapar atau sekedar pengen jajan?
Perlu, atau cuma ngiler liat gadget baru?
Ah, kita kebanyakan pengennya daripada perlunya. Giliran uangnya habis, ngeluhnya sama orangtua dengan alasan yang berupa-rupa. Apa nggak kasihan sama mereka?
Ketika Pak Putut memulai penjelasan tentang IRIT dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu dengan santai, dalam hati gue sama sekali nggak santai. Kesentil bahkan bener-bener ditabrak sama kalimat-kalimat itu.
Kalo kita kepengen masa depan yang lebih enak, jangan terus-terusan ngikutin keinginan karena sekedar kepingin sama benar-benar perlu itu beda jauh. Start hemat, berhenti boros. Gue udah berkali-kali menyesal ngeluarin uang bukan karena perlu tapi hanya sekedar mau. Padahal keinginan manusia nggak ada habisnya sementara sumber daya sangat terbatas. Ini teori kelangkaan. Dalam hal ini, kelangkaan uang bagi para pemboros kayak gue yang terjadi ketika gue nggak mengindahkan pesan dari teori tersebut. Jangan dicontoh.
Ada dua jurus irit yang gue sempat catet.
Jurus irit 1: Irit Setiap Hari
Pak Putut bilang, “Ganti kopi café dengan kopi sachet” *maap buat para owner café*
Alhamdulillah kali ini gue sama sekali nggak kesentil sama kalimat Pak Putut yang satu ini karna gue emang agak pelit ngluarin duit buat beli-beli yang menurut gue harganya nggak wajar. HAHAHA. Gue ngopi satu atau dua gelas setiap harinya cukup dengan Rp 2000,00 per gelas. Jauh lebih hemat daripada beli kopi di cafe.
Intinya lu perlu kelola itu lu punya uang. Mumpung belum berpenghasilan sendiri. Mumpung masih dikasih sama orangtua. Belajar dari sekarang *nulis sambil ngaca* dan kalauperlu, investasi ke instrumen tertentu.
Jurus 2: Pay Yourself First
Belanja dulu baru nyisihkan, atau nyisihkan dulu baru belanja?
Kebanyakan yang pertama ya?
Maka mulai dari sekarang kita mesti putar haluan prioritas biar pecapaian lebih pasti. Sisihkan dulu, baru belanja. Sebagaimana kita teliti dalam mendekati doi, begitu juga seharusnya kita terhadap apa yang akan kita beli. Kenali apa yang kita perlu, bukan sekedar apa yang kita mau.
INVEST
Insyaf sudah, irit juga sudah. Tahap selanjutnya untuk membantu kita melakukan persiapan untuk masa depan adalah investasi. Mendengar kata investasi kita biasanya langsung kepikiran pasar modal atau anak-anaknya kan ya. Kalau nggak tau pasar modal gimana? Repot juga kalo mesti belajar dengan baca-baca buku dulu. Gue yang di semester ini ada mata kuliah Pasar Modal aja kikuk seketika kalo ditanya tentang investasi, saham, obligasi, agio, disagio, dan apalah itu *karena emang gue jarang memperhatikan-_-* puyeng gue dengerin temen-temen menjelaskan berbagai istilah yang asing buat gue. Bahkan gue curiga mereka yang presentasi juga nggak betulan paham tentang apa yang mereka sajikan *pengalaman*
Nah, buat kalian yang kepengen invest tapi belum paham tentang pasar modal dan apa yang dikandungnya, harus ekstra hati-hati dalam memilih di mana kalian akan menginvestasikan aset. Banyak orang yang invest hanya karena return-nya tinggi, padahal tentang pengelolaan aset diri bukan merupakan ahli. Mungkin gue juga perlu mengingatkan, kekurangan dan kelebihan itu jodoh sejati. Setiap ada kelebihan pasti kekurangannya juga ada. Jadi ketika kita memilih dia karena kelebihan yang ada padanya, kita juga harus siap membawa serta kekurangan yang nggak bisa dipisahkan darinya*apasih*
Dan know that, return yang tinggi itu rentan resiko. Ini dia diantara kelebihan yang kalian bisa temukan di Reksa Dana Manulife: investor dibantu oleh tim yang memang membidangi ini. Dengan begitu, mungkin peluang untuk defisit akan lebih kecil. *mudahan istilah yang gue pake nggak salah :v*
Sampai sudah di catatan gue yang terakhir tentang acara ini. Dari acara semacam ini, sekali lagi gue punya beberapa file baru buat kembali mengisi space kosong di dalam otak gue. Tiga langkah sadar yang super simpel sebenarnya. Tapi bisa jadi begitu rumit dalam mengalpikasikannya ketika nggak ada kemauan yang kuat dalam diri dan dilanjutkan dengan pembiasaan sampai akhirnya jadi habit untuk persiapan di masa depan. Semoga sesegera mungkin gue bisa menerapkan. Kalian juga, ya?
ps: kata ganti orang pertama yang gue pake emang menganut aliran labilisme dan adaptisme -_- kadang "aku" kadang "saya" bisa juga "ane" dan kali ini "gue". Sengaja disesuaikan dengan genre tulisan.