Sabtu, 31 Agustus 2019

Peranan Ilmu dalam Membangun Peradaban Islam

Dokumentasi Tugas/Kuis dari gurunda waktu awal-awal masuk Ma'had. Jadi, mohon maklum ya atas keprematurannya. 

Keberadaan agama Islam secara resmi dimulai sejak diutusnya Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, kurang lebih 21 tahun sebelum hijriyah. Dikatakan secara resmi sebab baru di masa beliaulah Islam dideklarasikan sebagai agama yang menjadi satu-satunya agama yang diridhai di sisi Allah, meskipun sebenarnya para nabi sebelumnya juga muslim.

Seiring berjalannya waktu, setiap perkembangan dan pergantian zaman, Islam berkembang sangat pesat bahkan sempat mencapai masa kejayaan yang sangat gemilang pada masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin sebagai masa kekhalifahan minhajun nubuwwah dan dilanjutkan dengan bedirinya Dinasti ‘Umayyah dan ‘Abbasiyah yang diistilahkan dengan masa raja yang menggigit, meskipun pasca Perang Dunia I atau sekitar tahun 1924 masa ini berakhir pada masa kekhalifahan Turki Utsmani, yang menurut hadits riwayat Imam Ahmad, masa ini dilanjutkan dengan masa raja yang zhalim yakni zaman yang saat ini kita pijaki.

Membicarakan tentang peran ilmu dalam membangun peradaban Islam rasa rasanya rumit untuk tidak mengaitkannya dengan sejarah perkembangan Islam itu sendiri. Dimana Islam berkembang secara bertahap, berangsur-angsur, mengambil peran dalam berbagai bagian dalam kehidupan manusia, dan tidak terlepas dari perputaran roda kehidupan yakni mengalami fluktuasi atau keadaaan yang dimulai dari bawah, sempat mengalami masa kejayaan atau berada di atas, untuk kemudian kembali ke bawah sebagaimana roda yang terus berputar. Jalannya roda Islam ini dimulai dari diutusnya Rasulullah dan berakhir pada hari yang dijanjikan. Rukun iman yang ke lima.
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam diutus ketika manusia, secara lahiriyah berada dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Kekentalan sistem kasta dan perbudakan, kebobrokan moral, rendahnya nilai dan etika sosial, dan yang utama adalah ternodanya kemurnian ajaran Ibrahim ‘alaihissalam. Kemudian pada saat bersamaan, agaknya manusia secara umum dan masyarakat Quraisy secara khusus pada masa itu berada pada titik puncak kerinduan akan hadirnya sosok seorang panutan sejati, seorang yang dijanjikan pascaberakhirnya masa kenabian Nabi-nabi sebelumnya.

Beliau shallalahu ‘alaihi wasallam mengemban tugas besar untuk mengajarkan banyak hal kepada manusia tersebab kedudukannya sebagai rasul bagi seluruh manusia sejak diutusnya dirinya hingga akhir zaman. Dimulai dari madrasah sederhana secara sembunyi-sembunyi di Makkah Almukarramah. Mula-mula ditanamkanlah keimanan akan Allah Yang Maha Esa, pemurnian aqidah menuju ketauhidan, pengingkaran atas segala sesembahan selain Allah sebagai pondasi utama atas segala ilmu yang akan diajarkan setelahnya. Dilanjutkan dengan perawatan dan pengokohan keimanan sampai dakwah gerilya itu berakhir. Kemudian, ketika beliau shallalahu ‘alaihi wasallam hijrah ke Madinah, pengajaran ilmu oleh beliau shallalahu ‘alaihi wasallam memasuki tingkat lanjut menuju pembahasan tentang syariat. Meliputi seluruh bagian kehidupan manusia, berperan dalam mengatur urusan manusia baik  dari segi duniawi maupun ukhrawi. Sampai pada tahun ke dua hijriyah, pada haji terakhirnya, ketika beliau shallalahu ‘alaihi wasallam menyampaikan ayat ke tiga dari surah Al Ma`idah, saat itu pula belliau shallalahu ‘alaihi wasallam mengkhatamkan tugasnya di muka bumi. Telah berakhir masa penyampaian dasar-dasar keilmuan sebagai landasan hidup dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Telah sempurna Islam sebagai agama dan telah ditinggalkannya dua warisan berharga sebagai pedoman hidup yakni Al Qur’an dan As Sunnah. Selanjutnya, keilmuan dalam berbagai bidang terus berkembang di kalangan kaum muslimin maupun selainnya. Bedanya, keilmuan di kalangan kaum muslimin akan dan harus senantiasa dilandasi oleh aqidah yang telah ditanamkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sejak awal masa kenabiannya, lurus dan tidak bertentangan dengan warisan yang telah beliau shallalahu ‘alaihi wasallam tinggalkan maupun ijma’ para pewarisnya.

Disamping berkedudukan sebagai patokan utama dalam hal keyakinan/aqidah, Islam juga merasuk dalam setiap lini kehidupan manusia. Selain mengajarkan tentang keyakinan dan peribadatan, Al Qur’an sebagai warisan terbesar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, juga mengarahkan manusia kepada ilmu-ilmu yang lain yang secara ringkas disebutkan dalam salah satu ayat dalam surah An Nahl untuk menanyakan ilmu dunia kepada ahlinya. Al Qur’an dan As Sunnah berperan sebagai pilar utama dalam perkembangan ilmu-ilmu modern. Al Qur’an dan As Sunnah yang senantiasa meletakkan dunia dan segala yang terkandung di dalamnya sebagai tanda akan kekuasaan Allah mendorong perkembangan keilmuan dalam berbagai bidang. Ilmu-ilmu dibangun atas dasar keimanan akan Allah dan dihadirkan sebagai sarana untuk lebih mengenal-Nya. Kaitan antara ilmu dengan Islam selamanya akan terus ada sebab Al Qur’an dan As Sunnah sendiri telah mengabarkan tentang pentingnya ilmu yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia

Pasca berakhirnya masa kenabian yang ditandai dengan wafatnya Rasulullah sebagai penutup para nabi, tibalah Islam pada masa kekhalifahan ‘alaa minhajun nubuwwah yakni pada masa khulafaur rasyidin. Islam berkembang dengan sangat pesat dari segi kuantitas dan kekuasaan wilayah serta runtuhnya dua Negara adidaya di masa itu yakni Persia dan Romawi terjadi pada masa ini. Ekspansi besar-besaran yang dilakukan para khalifah di masa ini mengantarkan Islam ke berbagai belahan dunia bi idznillah. Janji yang dituturkan Rasulullah tentang tergulingnya Kerajaan Romawi dan Persia telah ditepati. Tersiarnya Islam ke luar Jazirah Arab mempertemukan kaum muslimin dengan berbagai keragaman agama, suku, ras, dan kultur. Keadaan ini menuntut kaum muslimin untuk memperhatikan kembali pluralitas serta teknik yang digunakan untuk berdakwah dan bermuamalah, dengan tetap mengedepankan tauhid sebagai pondasi utama. Keberagaman yang mewarnai kehidupan kaum muslimin serta menimbulkan berbagai persoalan yang tidak ditemukan solusinya pada dua warisan besar Rasulullah secara tersurat  medorong kaum muslimin untuk melakukan ijtihad sebagai alternatif. Keilmuan Islam semakin berkembang dengan terbukanya pintu ijtihad. Masa kekhalifahan ‘alaa minhajun nubuwwah ini berakhir dengan wafatnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Keragaman/pluralitas yang mewarnai kehidupan kaum muslimin ini terus berlanjut dan semakin beragam pada masa setelahnya, menambah khazanah intelektual kaum muslimin.

Memasuki masa kekhalifahan selanjutnya, berdirinya Dinasti Umayyah yang dikatakan sebagai fase awal masa raja yang mengigit, dilanjutkan dengan Dinasti ‘Abbasiyah, dan berakhir bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Turki Utsmani pada sekita tahun 1924 Masehi. Pada masa ini keilmuan berkembang lebih luas dan modern. Keadaan ini ditunjukkan dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan muslim dalam berbagai bidang, diantaranya adalah Ibnu Sina atau di Eropa lebih dikenal dengan Avicienna yang namanya telah masyhur di antara kaum muslimin maupun selainnya dengan ilmu kedokteran yang dikuasainya. Jabir bin Hayyan sebagai ilmuwan dalam bidang kimia. Al Kindi sang sastrawan yang juga memiliki karya-karya dalam begitu banyak bidang diantaranya Ilmu Logika, Kalkulasi, Perbintangan, Teknik, Astronomi, dan lainnya. Al Hasan ibnul Haitsam dengan keilmuannya di bidang Fisika dan Optikal, Astronomi, Matematika, Kedokteran, dan Filsafat. Abdurrahman bin Khaldun atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Khaldun dengan keilmuan tentang sejarah yang dikuasainya, dan sangat banyak ilmuwan/ulama lainnya yang dilahirkan dari rahim kaum muslimin. Manfaat atas perkembangan ilmu pengetahuan ini tidak hanya dirasakan kaum muslimin melainkan juga mempengaruhi perkembangan di Eropa. Terlepas dari kejahatan oknum bangsa Eropa dalam distorsi sejarah tentang perkembangan ilmu ini.

Keberkembangan ilmu-ilmu tersebut dapat kita rasakan sekarang. Bagaimana ilmu kedokteran banyak bermanfaat bagi kehidupan umat manusia di seluruh dunia, adanya berbagai kemudahan dalam menjalani kehidupan dengan berbagai sarana yang telah tersedia sebagai hasil dari pemikiran serta perkembangan ilmu oleh ilmuwan/ulama terdahulu maupun kontemporer. Bagaimana penentuan kiblat, awal Ramadhan dan Syawal serta waktu pelaksanaan puasa putih di tengah bulan bagi negara-negara  yang tidak menggunakan kalender hijriyah dimudahkan dengan adanya ilmu astronomi. Bagaimana perolehan ilmu dan kitab-kitab menjadi lebih mudah dengan berkembangnya sarana transportasi dan internet. Termasuk pembuktian-pembuktian ilmiah tentang ayat-ayat dalam Al Qur’an, yang mana kesemuanya ini hendaknya mengantarkan manusia secara umum maupun kaum muslimin secara khusus kepada keimanan yang lebih kokoh akan Keberadaan Allah melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya yang semakin jelas terhampar di muka bumi.

Wallahu a’lam bish shawaab.


Sumber: 

Khalid Haddad. 12 Tokoh Pengubah Dunia. 2009. Gema Insani, Jakarta
academia.edu – Amelda, Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Membangun Peradaban Islam:
Sebuah Tinjauan Antropologi
alfath.org
zenius.net


Share: