Minggu, 13 Maret 2022

Selamat Milad, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ke-58


Sekitar lima tahun yang lalu, pasca Milad IMM ke-53, hati saya tergerak untuk bergabung. Lebih tepatnya, waktu itu adalah masa-masa screening organisasi-organisasi mahasiswa Islam untuk diikuti. Memang saya agak selektif, karena satu dan lain hal. Hingga IMM yang akhirnya menjadi pilihan, bukan karena “isi” nya. Hanya karena ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Haha. Tak usah terlalu kita rincikan, panjang nanti.

Saya yang terlahir dari keluarga warga Muhammadiyah diajarkan dan dikenalkan tentang Muhammadiyah sejak kecil. Meski di antara keluarga, yang terakhir masuk struktural hanya almarhumah Nenek, anggota Aisyiyah Cabang Banjarmasin 9. Lima anak beliau, termasuk ayah saya, tidak ada satupun yang masuk struktural Muhammadiyah maupun ortom. Tapi amaliyah keluarga, amaliyah Muhammadiyah.

Hingga, proses belajar melahirkan sisi yang berbeda dari kebiasaan saya. Sebagian keluarga curiga, jangan-jangan Hanumna ikut organisasi/gerakan Islam yang beda ideologi dengan Muhammadiyah. Saya rasa, umumnya keluarga tidak melarang, karena –alhamdulillah- mereka sepakat tentang keluasan ilmu, berikut luasnya tempat belajarnya. Tapi tetap juga ditanya, diwanti-wanti, dan sebagian memang ada yang anu. Wkwk.

Inilah alasan paling kuat saya memilih IMM. Untuk menenangkan keluarga.

Bahwa anak mereka, Hanumna Sabila, masihlah Muhammadiyah.

 

Bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

DAD 10 IAIN Antasari Banjarmasin, adalah pintu masuk saya menuju IMM. Meski IMM menjadi pilihan dan saya berkenan ikut perkaderan awalnya, bukan berarti saya pasrah dan jamin bertahan di IMM. Screening tetap saya lakukan, tepatkah saya memilih tempat?

Dan, maa syaa Allah, DAD 10 IAIN Antasari berhasil membuka satu tempat di hati saya untuk IMM. Demikian pula LMD PC IMM Kota Banjarmasin yang saya ikuti beberapa waktu kemudian. Semakin meluaskan tempat di hati saya untuk IMM.

IMM mengenalkan saya akan Muhamadiyah, ortom—yang saya tidak pernah tahu bahwa Muhammadiyah punya eksponen dalam berbagai bidang/bagian. Eksponen pelajar, kepanduan, pencak silat, pemuda, pemudi, semuanya ada. Terbit rasa sesal, ke mana saya saat mencari organisasi ketika masih menjadi pelajar?! IPM ada, tapak suci, juga HW, ada, tepat di depan kediaman saya, tapi saya tak tahu.

Tapi, begitulah. Allah memilihkan jalan yang lebih baik untuk saya menemukan organisasi Muhammadiyah.

Dari IMM juga saya baru lebih mengerti tentang dasar-dasar gerakan Muhammadiyah, spirit  yang mendasarinya, tujuan utamanya,, ketika dulu yang saya tahu hanya Muhammadiyah tidak ber-qunut subuh, Muhammadiyah menggunakan hisab dalam penetapan waktu ibadah, Muhammadiyah tidak tahlilan, tidak yasinan, tidak muludan, tarawihnya 11 rakaat, dan lain sebagainya. Saya benar-benar awwam di Muhammadiyah, sampai Allah takdirkan saya untuk bergabung dengan IMM.

 

Kenyataaan

Seiring berjalannya waktu, saya menemukan hal-hal yang tidak sesuai harapan dalam IMM. Tapi saya sadar, ini bukan sebab IMM itu sendiri. Sebab itu adalah kami, kader-kadernya. Ada yang perlu kami benahi, agar wadah ini terisi dengan yang semestinya. Dengan yang berkesesuaian dengan tujuan luhurnya.

 

Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia.

Sungguh sederhana, namun tidak sesederhana itu perjuangan menujunya.

Bismillah ya,

IMM Jaya.

Share: