Kamis, 19 Agustus 2021

Get Lost! Menuju Wisata Batu Laki

“Alabio yok Ahad ini, kawinan kawanku di pondok.” –Aulia. Kamis, 13 Agustus 2021

Sempat kami mengira bahwa Agustus 2021 akan berlalu tanpa tadabbur alam. Namun, undangan walimatul ‘ursy dari alumni Ponpes Nurul Amin, Alabio selalu diprioritaskan oleh kawanku itu. Dan siapa lagi yang akan dimintanya untuk menemani kalau bukan aku.

Pas, bulan ini kami belum menunaikan kebiasaan refreshing. Menjelajahi sedikit demi sedikit tanah Banua, Kalimantan Selatan. Pelaihari, Kab. Tanah Laut dan Mandiangin, Kab. Banjar tak berkenan dikunjungi. PPKM berlapis yang tak menunjukkan tanda-tanda akan usai menjadi sebab. Sekalian untuk ke walimah, banua anam mungkin menawarkan solusi.

Wisata Batu Laki, Kandangan, Kab. Hulu Sungai Selatan menjadi pilihan. Meski sebenarnya gunung/perbukitan dengan pemandangan hijaunya lebih kusukai, tapi kawanku ini menolak jika harus mendaki.

Menuju Desa Batu Laki, seperti biasa, kami dibantu Mbak Google. Selama ini kami selalu akur. Aku, kawanku, dan Mbak Google. Tapi tidak untuk Ahad tadi. Tawa dalam ratusan kilometer perjalanan kami berakhir seketika nahas menimpa.

Aku mengemudi. Biasanya, aku turut memantau Mbak Google dengan perangkatku sendiri, meski Gmaps kawanku itu juga aktif. Tapi, tidak untuk kali ini. Gawaiku sibuk sendiri sepanjang perjalanan setelah tersambung aux. Ini menjadi masalah awal.

Biasanya juga, meski sudah ditemani Mbak Google, kami juga bertanya kepada Mbak-mbak setempat untuk memastikan jalan. Tapi, tidak untuk hari itu. Ini menjadi masalah selanjutnya.

Kami tersesat. Karena begitu masuk Kecamatan Padang Batung, koneksi internet perlahan menarik diri. Tanpa kami sadari, Mbak Google turut serta. Gmaps tanpa Mbak Google dan koneksi internet akan kebingungan menunjukkan jalan, dan kami tersesatkan.

Jauh, desa demi desa kami lewati, hingga jalan proyek Haji Isam, hutan, yang bukannya ke Sungai yang kami cari melainkan semakin menanjak naik. Adzan zhuhur berkumandang saat kami masih dalam perjalanan turun-naik jalan pedesaan. Kami memutuskan jamak ta`khir.

Sampai kami tiba di desa selanjutnya. Tak ada tanda-tanda air. Hari sudah menunjukkan pukul 14.00 WITA. Barulah kami sadar, Mbak Google sudah tidak bersama kami. We lost! Putar balik, tentu saja. Aku masih sangat ingat jalan kembali, karena memang jalannya tidak banyak bercabang. Tak berniat mencari sungainya lagi, karena pemandangan di perjalanan pun sudah cukup menyegarkan, kami memutuskan untuk langsung pulang.

Jalan sebenarnya ternyata, begitu memasuki Padang Batung, jalannya lurus saja. Kesalahan Mbak Google tanpa koneksi internet adalah menyuruh kami belok kanan (ke arah jembatan besi dan berantai). Harusnya, di persimpangan ini kami tetap mengambil jalan lurus.

Pelajarannya: gimanapun, jangan menyimpang. Tetaplah di jalan yang lurus. *ga gituu

Ini cuma muqaddimah. Benar-benar banyak pelajaran yang kami dapat dari ketersesatan perjalanan kemarin, dimulai dari nahas yg sempat kusinggung tadi. To be continued.

Share: