Kali ini aku ingin sedikit
berbagi dengan apa yang aku dapatkan pada suatu kegiatan pembekalan dasar
sebagai wujud kekagumanku akan materi ini. Materi ini berjudul Filsafat Timur
dan Barat yang disampaikan oleh kakanda Herman Taufik, M.Pd yang menjawab
beberapa kejanggalan yang mengganjal di kepalaku tentang sejarah.
Ya, memikirkan masa lalu memang seringkali tidaklah mudah, ehm. Aku sempat mempertanyakan, ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa asalnya ilmu itu dari para Ilmuwan Timur, diantaranya adalah Ibnu Sina atau yang di Barat lebih dikenal dengan Avicenna dengan ilmu kedokteran dan beberapa cabang ilmu lain yang ditekuninya, atau Al Khawarizmi sang ilmuwan matematika dan penemu aljabar serta angka nol, atau Ibnu Hayyan sang penemu ilmu kimia atau yang lebih dikenal di Barat dengan nama Gebert, dan masih banyak lagi.
Ya, memikirkan masa lalu memang seringkali tidaklah mudah, ehm. Aku sempat mempertanyakan, ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa asalnya ilmu itu dari para Ilmuwan Timur, diantaranya adalah Ibnu Sina atau yang di Barat lebih dikenal dengan Avicenna dengan ilmu kedokteran dan beberapa cabang ilmu lain yang ditekuninya, atau Al Khawarizmi sang ilmuwan matematika dan penemu aljabar serta angka nol, atau Ibnu Hayyan sang penemu ilmu kimia atau yang lebih dikenal di Barat dengan nama Gebert, dan masih banyak lagi.
Ibnu Sina |
Al Khawarizmi |
Ibnu Hayyan |
Namun, saat ini kita mengenal yang
dicatat sejarah secara resmi tentang
berbagai bidang ilmu lebih banyak nama-nama Ilmuwan Barat, atau setidaknya yang
diajarkan semasa sekolah dulu nyaris tidak ada cerita tentang Imuwan-ilmuwan
Timur dalam buku-buku pelajaran. Nah, materi yang disuguhkan Kakanda Herman ini
sedikit menjawab kejanggalan itu. Saat itu, Kakanda mengatakan bahwa ia sedang,
atau telah mengkaji tentang masalah ini (saya lupa mana yang lebih tepat).
Sayangnya, waktu yang kami miliki untuk membahas bersama permasalahan ini
sangat terbatas. Materi dimulai sekitar jam 23.00 lewat banyak. Sementara kami
–yang saat itu tengah menjadi peserta pengkaderan—harus istirahat untuk
kemudian bangun lagi jam 02.00 dinihari. Maka, materi disampaikan dengan agak ngebut
sehingga tidak benar-benar dibahas lebih rinci.
Mungkin rasanya akan sangat
berbeda, bahkan memang nampaknya akan sangat berbeda. Takkan sama antara kau
mendengarkan langsung dengan hanya membaca review-nya.
Tetapi biarlah, aku akan tetap menuliskannya, bermodal catatan dan ingatanku
yang sangat terbatas.
Sebelum memulai penyampaian
materi, Kakanda banyak bercerita tentang kampung halamannya. Kakanda Herman
ialah seorang pemuda asal tanah Kangean, salah satu pulau kecil di Indonesia. Masih
di sekitar Sumenep, Madura. Tak terlalu jauh dari Gilli Labak, pulau kecil yang
dinobatkan sebagai pulau dengan udara terbaik nomor dua setelah Florida.
Maklum, Gili Labak pulau yang indah namun belum banyak dikenal oleh penduduk
pulau lain, apalagi yang jauh. Namanya tidak setenar Raja Ampat apalagi Bali,
meski dengan kebanggaan atas keindahan dan sejuknya udara yang dimiikinya.
Wajar jika Kakanda antusias menceritakan tentang Gili Labak, mungkin untuk
membuat Gili Labak dikenal lebih luas oleh pulau-pulau tetangganya se-Tanah
Air.
Salahsatu yang banyak dijual
Kakanda Herman tentang Gili Labak adalah kebersihan udaranya itu. Tak
ayal kami, para hadirin dibuat penasaran ingin mengunjungi dan turut merasakan
udara terbaik di sana. Kebersihan udara memang berdampak besar pada penduduk
pulau di sana, diantaranya adalah nenek-nenek usia sekitar 60 tahun masih
sangat aktif menjahit tanpa bantuan kacamata udara yang baik memberikan
pengaruh yang sangat baik untuk penglihatan, tutur Kakanda.
Baiklah, segera saja kutuliskan
materi tentang Filsafat. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yakni philo (cinta) dan sophia (kebijaksanaan). Tidak semua yang berfilsafat adalah
filusuf, tetapi filusuf pasti berfilsafat. Berfilsafat yakni mencari hakikat
dari suatu ilmu pengetahuan. Seseorang yang berfilsafat dan tidak pernah
berbohong dikatakan sebagai filusuf murni.
Ada yang mengatakan bahwa
filsafat adalah penghancur ilmu lain.
Ada pula yang bilang filsafat Barat dipengaruhi Timur, ada juga yang mengatakan
sebaliknya.
Lalu, benarkah itu semua?
Pada dasarnya, kedua aliran filsafat ini berkembang bersamaan
dan saling mempengaruhi. Sampai pada akhirnya timbul perbedaan.
Filsafat dibagi menjadi beberapa
pembagian. Ada Filsafat Islam yakni bagaimana harapan dan iman kita terhadap
agama (Filsafat Agama). Metafisika, yakni yang tidak tersntuh panca indera.
Etika, terkait moral, norma, dan sebagainya. Antropologi, yakni pola sebab-akibat
dari prilaku manusia. Sosiologi, yakni tentang interaksi dan reaksi.
Filsafat barat dimulai sekitar
tahun 600SM: Thales. Namun, berhenti di sekitar 350-an M. Filsafat Barat (600SM
– 350-an M) unsur-unsurnya belum tersusun secara sistematis. Unsur-unsur baru
mulai tersusun secara sistematis ketika Filsafat Timur lahir.
Lukisan Wajah Thales |
Fislafat Timur baru lahir di abad
VIII, Al Kindi (801 – 873M). Beliau hidup di masa Abbasiyah dengan paham
Asy’ariyyah. Mulai berkarya pada umur 13 tahun hingga usia 65 tahun dengan
jumlah karya kurang lebih 200 karya. Ia digelari sebagai fisafatul ula. Pada masa Al Kindi inilah muncul filsafat murni.
Ada pula Al Razi yang
mengemukakan tentang lima kekekalan abadi.
Al Razi lebih kepada rasionalitas, ia tidak percaya wahyu sehingga ia agak
dikesampingkan dalam Filsafat Islam.
Al Kindi |
Al Razi |
Sekitar tahun 1000M, barulah
Filsafat Barat muncul kembali, disamping Filsafat Timur yang tetap ada sejak
sekitar 800M. Setelah itu, Filsafat Barat kembali stagnan 200 tahun dan muncul
kembali di sekitar tahun 1200M. Kemudian stagnan kembali 200 tahun hingga sekitar
1400M. Sementara Filsafat Timur terus berlanjut hingga saat itu dan tidak
mengalami stagnan sehingga tidak terjadi distorsi sejarah.
Akan tetapi, Filsafat Timur hanya
bertahan sampai sekitar 1500M untuk kemudian stagnan hingga sekitar 1700M.
Sementara Filsafat Barat terus berlanjut. Pada masa inilah mulai terjadi
distorsi sejarah, mengacaukan keilmuan, karya-karya filusuf islam dimusnahkan
dan diakui/diselewengkan.
Mirisnya, sekitar 1700M memang
ada lagi filusuf islam, namun ia sudah tertinggal jauh dari filusuf islam
generasi sebelumnya. Sehingga ia belajar
dan mengambil referensi dari Filsafat Barat yang sudah dikacaukan oleh mereka
sebab telah terjadi distorsi sejarah. Sehingga saat ini keilmuan yang kita
kenal seakan-akan bukan dari Timur.
Dan hanya Allah-lah yang Mahamengetahui segala sesuatu.
Wallahu a'lam bishshawaab.
Dan hanya Allah-lah yang Mahamengetahui segala sesuatu.
Wallahu a'lam bishshawaab.