Karena sesungguhnya aku telah tahu sejak lama
Bahwa tulisan ini punya potensi besar untuk tidak berarti apa-apa, terutama bagimu
Karena rasanya rentang jarak dan waktu yang kau bangun seharusnya cukup
Untuk memberiku kesadaran bahwa bagiku, segala pintu menujumu telah tertutup
Maafkan aku yang masih saja menulis
Kadang penuh optimis
Bahwa apa yang kulakukan,
apa yang sedang kupikirkan,
begitu realistis
Maafkan aku yang ceroboh dalam mengira
Dengan bukti-bukti yang kupunya
Padahal semuanya hanyalah data-data lama
Kedaluarsa
Hari ini, aku ingin mataku benar-benar terbuka
Menatap semesta dan realita yang seungguhnya
Bahwa kamu telah jauh, dan aku pun harus segera berlabuh
Bahwa kamu sudah pergi, dan aku tak bisa untuk stagnan sampai di sini
Aku juga harus pergi
Bukan untuk menyusulmu
Melainkan untuk menyongsong hari-hari baru
Untuk membersihkan pandanganku
Agar dapat melihat lebih jernih, demi menghapus segala perih dan sedih
Aku harus berhenti
Untuk memikirkan terlebih menulis tentangmu lagi
Sebab apalah aku ini?
Apa artinya tulisan-tulisan ini
Jika kenyataannya dirimu adalah yang seringkali kutulis,
sementara aku adalah apa yang tak pernah kau baca