Banjarmasin, 15 November 2017
Pukul 21.58 WITA
![]() |
pict by inspira.co -- edited by Hanum Nasution |
Berteman dengan orang baik selalu menjadi harapan bagi setiap orang, setidaknya begitu menurutku. Meskipun memang, terkadang seseorang 'terpaksa' berteman dengan 'orang-orang yang bermasalah' karena minder atau merasa tidak pantas berteman dengan 'orang baik'. Atau demi memperturutkan keinginan sesaatnya, sebagai sarana pemuas nafsu, ia harus berteman dengan orang yang ‘sesuai kebutuhannya’. Aku pernah menemukan beberapa yang seperti itu. Tetapi aku percaya, bahwa jauh di dalam hatinya dia ingin baik, dan berteman dengan orang baik. Karena pada dasarnya setiap orang terlahir baik, dan mencintai kebaikan.
Dulu, menemukan teman di berbagai tempat
yang dikunjungi adalah sebuah keniscayaan. Tetapi, menemukan teman yang berjarak
ratusan kilometer dari tempatmu berpijak bukanlah perkara mudah. Namun kini,
ketika teknologi berkembang sangat pesat, manusia dikejutkan dengan berbagai
penemuan yang menjadikan hal-hal mustahil di masa lalu menjadi sangat mungkin
dan sangat terjangkau di masa ini. Termasuk soal teman.
Maka, bagi genZ sepertiku yang bertatapan langsung dengan
perkembangan-perkembangan teknologi itu, menemukan dan berteman dengan orang baik tidak
selalu harus memilikinya secara fisik. Aku beranggapan bahwa aku punya begitu
banyak teman baik. Aku menemukannya di sekolah, di kelas dan di kegiatan
ekstrakurikuler. Juga menemukannya di kampus, di ruang kelas dan di kegiatan
organisasi. Serta di berbagai media sosial dan messenger. Aku
mengenal mereka semua, meski sebagian besar dari mereka tidak mengenalku. Tidak
masalah. Sebab bagiku juga, berteman baik tidak harus selalu terjadi timbal
balik.
Malam ini aku kembali menemukan teman baik
itu. Sebenarnya kami satu kelas di salah satu materi pelajaran tatap muka, dan aku memang
menyukainya sejak pertama kali bertemu. Tetapi baru malam ini aku ‘jatuh hati’
dan menempatkan namanya di salah satu deretan nama-nama teman baikku. Ini berawal
dari akun facebook miliknya ketika ia
membagikan cuplikan tulisan dalam blognya. Ini aku, yang akan berbinar seketika
saat melihat situs blog berisikan nama yang kukenal. Maka aku berkunjung ke
halaman blognya. Dan di sanalah hatiku terjatuh.
Kembali kepada berteman dengan orang baik.
Konsep ini baru kukenal ketika duduk di bangku SMA. Aku diajarkan untuk berusaha menjadi baik dan
berteman dengan orang-orang baik. Karena seseorang, sedikit banyak—seringnya
sih banyak bahkan sangat banyak—akan menjadi seperti temannya. Karenanya penting
untuk memilah siapa yang akan benar-benar dijadikan teman.
Sudah sejak lama aku memutuskan untuk
berteman dengan siapa saja, sampai ketika konsep ini kutemui. Bukan berarti setelahnya
aku menarik kembali keputusan yang pernah kubuat di masa lalu melainkan hanya
sedikit dimodifikasi. Bahwa boleh saja, bahkan harus berteman dengan siapapun
dari kalangan manapun. Tetapi tentu, ada batasan yang harus dijaga dan diperhatikan.
Dengan kata lain, ada standar khusus untuk seseorang itu bisa dijadikan ‘teman’.
Teman yang dirimu—cepat atau lambat—akan menjadi sepertinya.
Aku diajarkan untuk mengambil pelajaran
dari mana saja, dengan sedikit bekal untuk menyeleksi mana yang akan kuambil dan mana yang akan sekedar cukup tau. Aku belajar banyak dari
berbagai pertemuan dan kejadian yang kutemui dalam hari-hariku, juga belajar
banyak dari dunia maya yang menyajikan berbagai hal untuk dipelajari. Termasuk blog
teman yang tadi kuceritakan di depan. Ketika petang kemarin aku bersama teman-teman
membicarakan blog sekaligus berkutat di depan beberapa draft dan berusaha
menyelesaikannya tetapi masih tak kunjung selesai, aku bertemu dengan status
facebooknya dan berkesempatan menjelajahi blognya. Lagi-lagi aku belajar dan
merasa menemukan teman baru. Tulisan-tulisan dan desain sederhana blognya menyadarkanku akan sesuatu yang sempat terlupa olehku. Aku belajar darinya.
Demikianlah, aku ingin bisa mengambil
pelajaran dari setiap kejadian. Aku ingin mendulang kebaikan dari mana pun
asalnya, baik dari dunia nyata maupun dunia maya. Dan aku ingin komitmen dengan
itu. Temanku bukan hanya mereka yang membersamaiku melainkan juga yang perangainya,
gagasannya, pemikirannya, perkataannya, nasehatnya, terpatri dalam ingatanku,
merasuk dalam hatiku, menyadarkanku akan sesuatu, dan mengajarkanku hal-hal baru.
Telah banyak sekali aku menemukan mereka. Nikmat Islam-lah yang membawaku kepadanya,
Allah baik sekali sudah mempertemukanku dengan teman-teman baikku itu. Semoga
teguh hatiku untuk terus berteman baik, dengan siapapun itu.